Jumat, 15 November 2013

Keistimewaan TimnasIndonesia U-19


Timnas U-19 yang sedang berlaga di ajang Piala AFF U-19 mendapat sorotan yang cukup besar dari publik. Siaran langsung setiap pertandingan memudahkan segenap pecinta sepak bola di tanah air untuk menyaksikan Garuda Muda berlaga. Stadion Gelora Delta Sidoarjo pun nampak dipenuhi oleh suporter Merah Putih.

Obrolan hangat di jejaring sosial semakin menegaskan bahwa publik memang benar-benar memperhatikan timnas U-19 ini. Ini tim yang diharapkan mampu memberikan gelar juara Piala AFF yang belum pernah diraih seniornya. Lebih jauh, harapan publik begitu besar untuk tim ini lantaran inilah kerangka tim senior masa depan Indonesia. Rata-rata pemainnya masih berusia 17-18 tahun.

Namun, pertanyaan menarik kemudian muncul, apa yang membuat tim ini berbeda jika dibandingkan dengan tim senior, U-23, maupun timnas kelompok umur lainnya.

Sebenarnya tidak banyak yang berbeda antara timnas U-19 ini dengan timnas senior maupun kelompok umur. Dilihat dari segi permainan, timnas ini masih mengkombinasikan umpan pendek dengan umpan panjang. Sektor sayap masih menjadi andalan untuk merusak pertahanan lawan.

Sejak era Antun Tony Pogacnik, serangan melalui sayap kanan dan kiri yang mengandalkan kecepatan sprint pendek masih menjadi idola. Banyak yang bilang, di sinilah letak kekuatan sepak bola Indonesia. Jadi, secara umum jelas tim asuhan Indra Sjafri ini tidak punya gaya bermain yang benar-benar berbeda dengan timnas lainnya. Lantas, apa yang membuatnya spesial?

Evan Dimas Pembeda

Sederhana saja, tim ini memiliki Evan Dimas dan punya kemampuan memberi umpan yang baik. Terlebih pada umpan-umpan pendeknya. Di Indonesia, bisa memberikan umpan dengan benar dan sampai ke rekan sudah bisa dibilang prestasi karena selama ini kita punya kendala dalam memberikan umpan. Lantaran tidak bisa menghasilkan umpan pendek yang baik, akhirnya dipilihlah umpan panjang dari belakang langsung ke depan yang sering dengan mudah dipatahkan lawan.

Indra Sjafri pantas bersyukur dirinya memiliki seorang Evan Dimas. Dan nampaknya Evan Dimas juga telah menjadi pemain kesayangan Indra Sjafri. Evan Dimas merupakan kapten Garuda Muda yang menjuarai HKFA International Youth Invitation Tournament di Hongkong 2012 lalu. Tim itu juga diarsiteki oleh Indra Sjafri.

Evan menjadi jawaban dari miskinnya pemain bertipe playmaker yang dihasilkan oleh Indonesia. Mampu menjadi jenderal lapangan tengah yang mampu mengatur serangan dengan sangat baik.

Dia mengatur serangan dari bawah. Jika ada kesempatan dia bisa pula menjadi penyelesai akhir yang menawan. Sejauh ini Evan Dimas sudah mencetak lima gol. Terbanyak di antara rekan setimnya dan hanya kalah dari penyerang Vietnam, Nguyen Van Toan dalam perburuan gelar pencetak gol terbanyak turnamen.

Kekuatan pemuda bernama lengkap Evan Dimas Darmono ini terletak pada akurasi umpan dan visi bermain. Dia tipe pemain yang cerdas. Bisa mengatur serangan sekaligus mencari celah di pertahanan lawan untuk memperoleh peluang mencetak gol.

Pertandingan melawan Brunei Darussalam, Evan Dimas memang tidak mencetak gol. Tetapi menurut data dari @labbola, dia menghasilkan dua assists dan akurasi umpannya mencapai 91%, 87 umpannya tepat sasaran dari 95 kali percobaan umpan.

Sebagai kapten tim, Evan Dimas memimpin rekan-rekannya dengan sangat baik melalui kerja keras dan karakternya yang tenang. Dia seakan memberi contoh nyata bagi teman setimnya bagaimana bermain sepak bola yang baik dan benar. Walaupun masih berusia 18 tahun, Evan Dimas mampu mengontrol emosinya dengan baik dan menenangkan rekan setimnya jika ada insiden di lapangan. Sikapnya ini mengingatkan pada kepemimpinan Bambang Pamungkas semasa masih menjadi kapten tim nasional.

Kondisi Setiap Lini


Tentunya peran penting Evan Dimas ini tidak menghilangkan peran dari pemain lain. Ada banyak pemain muda berbakat di tim ini. Evan Dimas mungkin yang terbaik di lini tengah tetapi peran Hargianto tidak bisa disepelekan. Hargianto mampu menyeimbangkan permainan tim. Dirinya punya akurasi umpan yang bagus.

Hargianto dalam pertandingan melawan Brunei Darussalam melepaskan 77 umpan berhasil dan 16 gagal dengan akurasi mencapai 82% (data @labbola). Dia juga menjadi pemain yang mampu melakukan tekel sukses terbanyak dengan 9 tekel sukses dari 13 kali percobaan tekel. Saat Indonesia mengalahkan Thailand, Hargianto meraih predikat best intercept, yang dalam catatan @labbola melakukan enam kali memotong bola lawan. Torehan yang menunjukkan dirinya layak menjadi tumpuan untuk menghalau serangan lawan sebelum mencapai pertahanan Indonesia.

Lini belakang juga cukup bagus. Muhammad Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama bermain bagus di jantung pertahanan. Sementara Fatchu Rochman dan Putu Gede yang berada di sisi sayap rajin membantu serangan. Sejauh ini timnas sudah kebobolan empat gol dari empat pertandingan.

Untuk lini depan, sebelas gol dalam empat pertandingan merupakan hasil yang cukup baik. Tidak ada penyerang yang menonjol dengan menjadi pencetak gol terbanyak, tetapi justru kekuatannya ada di sini. Setiap penyerang memiliki kemampuan yang sama baiknya untuk mengancam gawang lawan.

Ilham Udin Armaiyn, Muchlis Hadi, Dinan Yahdian hingga Maldini telah menunjukkan kelasnya untuk bisa mengobrak abrik pertahanan lawan. Pilihan di lini depan cukup bervariasi sehingga memudahkan Indra Sjafri meracik strategi.

Namun, tetap saja ada kekurangan. Penyelesaian akhir dituding masih menjadi pekerjaan rumah bagi tim dan ini diakui oleh Indra Sjafri. “Timnas belum seratus persen dari permainan terbaiknya. Karena sebenarnya ada enam hingga tujuh peluang yang harusnya bisa jadi gol. Tapi ini sesuatu yang wajar karena pemain baru tampil perdana,” ujar Indra Sjafrie selepas membantai Brunei Darussalam 5-0.

Ketahanan Fisik

Untuk keseluruhan kondisi tim, yang menjadi kekurangan masih sama dengan timnas seniornya, yakni ketahanan fisik dan mental bertanding. Entah mengapa memasuki pertengahan babak kedua fisik pemain sudah menurun. Hanya satu dua pemain yang masih berada dalam kondisi fisik baik.

Dekatnya jadwal antara satu pertandingan ke pertandingan lainnya yang mepet juga bisa dituding sebagai penyebab. Oleh karenanya Indra Sjafri harus pandai-pandai melakukan rotasi.

Jika masih terus bergantung pada Evan Dimas yang selalu bermain di empat laga awal, tentu fisiknya akan terkuras di pertandingan semi final. Terlalu riskan jika tidak dilakukan rotasi. Sejauh ini di beberapa posisi Indra Sjafri melakukan rotasi dan sebaiknya ini juga dilakukan di setiap posisi. Tujuannya jelas untuk memberi istirahat yang cukup ditengah jadwal yang sangat padat. Timnas harus bermain setiap selang dua hari.

Ke depannya, pemain-pemain yang berpotensi menjadi pemain harapan Indonesia di masa depan ini perlu meningkatkan standar fisiknya. Juga mental bertanding, jadi ketika dalam posisi tertinggal tidak terlalu mudah frustasi, seperti ketika dikalahkan Vietnam 1-2 saat pemain nampak kehilangan akal menembus pertahanan Vietnam dan sering terburu-buru dalam memanfaatkan peluang. Semoga timnas U-19 bisa meraih Piala AFF U-19 sebagai pengobat kerinduan di tengah keringnya prestasi sepak bola nasional.


sumber : http://id.olahraga.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar